LEBONG, TIRTAPOS.com – Ketersediaan jaringan seluler dan internet dewasa ini sangat urgen, karena hal itu mampu menunjang komunikasi yang cepat, seperti berwirausaha, belajar bahkan menjadi alat penunjang pekerjaan. Jumat (17/06/2022).
Ketersediannya juga harus bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat, karena jaringan seluler dan internet juga berkontribusi meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.
Di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu sendiri. Ketersediaan jaringan seluler saat ini sudah bisa dirasakan oleh masyarakat pasca dilakukan penambahan tiga unit Base Transceiver Station (BTS) atau umumnya dikenal sebagai tower telekomunikasi.
Terutama pada kawasan-kawasan yang selama ini mengalami blank spot (tidak ada signal) seperti di enam desa ini, yakni Desa Ketenong I, Ketenong II, Ketenong Jaya, Air Kopras, Air Putih, Pal 5, dan Desa Tambang Saweak.
Namun, setelah adanya penambahan tiga TBS masalah tersebut sudah teratasi.
Sayangnya, tercatat masih menyisakan sebanyak 3 desa lagi yang tergolong sebagai wilayah blank spot alias wilayah yang tidak tercover oleh jaringan seluler.
Blank spot ini tersebar di sejumlah wilayah di Kabupaten Lebong, yakni Desa Tik Sirong Kecamatan Topos.
Kemudian Desa Sebelat Ulu, dan Desa Sungai Lisai yang terletak di Kecamatan Pinang Belapis.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik Persandian (Kominfo SP) Kabupaten Lebong, Danial Paripurna saat dikonfirmasi membenarkan saat ini hanya tiga desa di daerah itu mengalami blank spot.
“Ya, itu karena desa tersebut berada di area perbukitan, lembah, hingga pegunungan tinggi. Jadi dari 93 desa dan 11 kelurahan, masih menyisakan sebanyak 3 desa lagi yang mengalami blank spot area,” kata Danial diruang kerjanya.
Lanjut Danial “Data ini berdasarkan pemetaan Diskominfo Provinsi Bengkulu dan Diskominfo Lebong tahun 2022,” jelasnya.
Dia mengaku, akan berupaya semaksimal mungkin agar semua daerah di wilayah Lebong dapat terakses sinyal seluler ataupun jaringan internet.
“Memang fokus kita saat ini adalah penguatan sinyal di beberapa titik dan tiga desa yang mengalami blank spot itu,” tambah Danial.
Dia mengatakan, saat ini fokus pihaknya melakukan penguatan sinyal untuk menuju Lebong smart city atau kota pintar.
Lebong bisa dikatakan smart city atau serba digital jika sudah bebas dari blank spot atau terjangkau dengan signal seluler.
Menurutnya, provider telekomunikasi di Kabupaten Lebong yang beroperasi sejak dahulu sebanyak 18 BTS dan ditambah 3 BTS merupakan hasil lobi Bupati Lebong, Kopli Ansori.
Tapi ternyata, itu juga belum bisa mengcover seluruh desa yang ada di kecamatan-kecamatan wilayah Kabupaten Lebong.
Sehingga masih menyisakan pekerjaan rumah untuk Diskominfo SP dalam menangani daerah blank spot ini.
Dia memastikan, tahun 2022 ini akan ada penambahan 3 BTS untuk penguatan sinyal di Kecamatan Lebong Selatan dan sekitarnya.
“Ini akan menjadi fokus kita kedepan, yaitu penguatan jaringan. Karena jika sinyal kita sudah kuat, baru bisa fokus ke bidang yang lain,” tegas Danial.
BTS atau tower itu, merupakan stasiun pemancar. Keberadaannya menganulir sinyal-sinyal seperti sinyal radio, telpon seluler, dan sejenis gadget lainnya.
Dia berharap pada tahun 2023 nanti semua daerah blank spot sudah teratasi semua, sehingga masyarakat dapat menikmati serta memperoleh informasi yang akurat dan berimbang.
Jangan sampai masyarakat kabupaten Lebong justru dimanfaatkan oleh informasi-informasi yang tidak benar atau hoaks.
Program ini tentunya akan melibatkan daerah, khususnya dalam persoalan ketersediaan lahan.
Sebab beberapa pemasangan tetap mempertimbangkan kesepakatan dari warga setempat.
“Jangan sampai memasang bukan pada tempat yang diinginkan atau tempat itu justru bermasalah. Makanya perlu berkomunikasi dengan pemerintah setempat,” jelas Danial.
Sementara itu tokoh pemuda Kabupaten Lebong, Deston Nusantara mengatakan, ketersediaan jaringan internet seyogianya telah menjadi kebutuhan primer bagi masyarakat
Ada potensi informasi terhambat, kemudian kebijakan-kebijakan publik yang dikeluarkan kata dia bisa-bisa tidak sampai.
“Ini sudah jadi kebutuhan dasar dari masyarakat,” terang Deston
Makanya pemerintah kata dia juga harus memastikan penyedia-penyedia telekomunikasi ini mengambil peran.
Salah satu bentuk pentingnya telekomunikasi adalah dalam Pilkada mendatang.
Maka potensi hoaks akan tinggi, sebab masyarakat pedalaman sulit mendapatkan koreksi dengan informasi yang mereka terima lewat internet, informasi yang diterima justru ditelan mentah-mentah.
“Ada potensi informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan sampai ke masyarakat,” tandas Deston (red)